Diskusi Kelompok Terfokus Program KONEKSI di Sulawesi Utara

Kerja sama antara peneliti memungkinkan terciptanya sinergi antara berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang yang berbeda. Melalui kolaborasi, para peneliti bisa menggabungkan pengetahuan dan data dari berbagai bidang keilmuan, yang menghasilkan analisis yang lebih menyeluruh dan mendalam. Kolaborasi juga memperkaya proses penelitian dengan memperluas cakupan data dan informasi yang tersedia, serta meningkatkan validitas dan reliabilitas dari hasil penelitian.

Dalam hal perumusan kebijakan, kolaborasi antar peneliti sangat penting karena kebijakan yang efektif perlu didasarkan pada data yang akurat dan analisis yang mendalam. Dengan bekerja bersama, para peneliti dapat mengidentifikasi isu-isu penting yang perlu diatasi, mengevaluasi berbagai opsi kebijakan, dan memberikan rekomendasi yang lebih tepat. Selain itu, kolaborasi antar peneliti memungkinkan adanya pengawasan dan pengujian silang atas hasil penelitian, sehingga kualitas dan kredibilitas dari rekomendasi kebijakan yang dihasilkan menjadi lebih baik.


Kesadaran akan pentingnya kolaborasi antar peneliti baik dari disiplin ilmu yang sama maupun berbeda, dalam organisasi yang sama maupun lintas organisasi terungkap dalam diskusi kelompok terfokus (FGD) yang dilaksanakan bersama peneliti di Provinsi Sulawesi Utara. Sulawesi Utara menjadi provinsi ke 8 pelaksanaan Sosialisasi dan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) yang dilaksanakan BaKTI bekerjasama dengan program KONEKSI. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan serupa di 7 Provinsi yakni di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Papua, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur dan terakhir di Maluku. Diskusi sekaligus sosialisasi ini dilaksanakan di Kota Manado pada tanggal 15 Agustus 2024 bertempat di Hotel Quality Manado.

FGD sekaligus sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan program KONEKSI, membentuk jaringan peneliti Sulawesi Utara serta untuk berdiskusi bersama peneliti-peneliti terkait 4 tema besar yakni isu strategis yang dihadapi di Provinsi Sulawesi Utara dan menjadi tema penelitian peneliti, Bagaimana Perspektif GEDSI (Gender Equality Disability and Social Inclusion) diterapkan dalam penelitian, Pengalaman dan tantangan peneliti dalam melakukan penelitian kolaboratif serta tema mengenai jaringan peneliti dan platform berjejaring bagi peneliti. KONEKSI adalah inisiatif kolaboratif di sektor pengetahuan dan inovasi yang mendukung kemitraan antara organisasi Australia dan Indonesia untuk kebijakan dan teknologi yang inklusif dan berkelanjutan. Didukung oleh Pemerintah Australia dan Indonesia, Program ini mempromosikan kemitraan pengetahuan yang setara dan memanfaatkan pengetahuan lokal untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi. FGD dilaksanakan dalam bingkai program Pengembangan Jaringan Peneliti Indonesia Timur kerjasama BaKTI dan KONEKSI.


Dalam sesi pemantik diskusi Bapak Abdul Madjid Sallatu selaku program advisor menyampaikan bahwa Jaringan peneliti Indonesia Timur perlu penelitian yang disebut Research based policy atau menghasilkan kebijakan yang berbasis penelitian. Beberapa tahun terakhir ini ditemukan bahwa banyak peneliti yang ada di Indonesia hanya menjustifikasi apa yang sudah ada. Oleh karena itu, Jaringan peneliti Indonesia Timur perlu berkarya sehingga penelitian yang dilakukan mendorong kebijakan. Penelitian lokal dengan berjejaring dan berkoneksi sangat penting dilakukan. Melalui FGD diharapkan peserta dapat bertukar pengalaman terkait apa yang sudah kita lakukan karena mungkin ada hal-hal yang bisa diperbaiki atau dikembangkan di dalam penelitian kedepannya. 

Sebanyak 48 peserta hadir dalam kegiatan ini dimana 42 peneliti yang terdiri dari 16 Perempuan dan 26 Laki-laki). Peneliti datang dari berbagai universitas seperti Universitas Sam Ratulangi, Universitas Negeri Manado, Universitas De La Salle Manado, Universitas Teknologi Sulawesi Utara, dari pemerintah daerah seperti Balitbang Provinsi Sulawesi Utara, Bappelitbang Kota Manado, serta dari NGO yakni Swara Perempuan SULUT, dan komunitas Mapatik.


Kegiatan sosialisasi sekaligus FGD ini difasilitasi oleh Bapak Dr. Markus Daud Liando, M.Si. Ia adalah seorang peneliti yang juga merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unsrat. Diskusi berjalan interaktif, semua peserta menceritakan pengalamannya terkait empat tema besar yang didiskusikan. Terkait perspektif GEDSI dalam penelitian yang dibahas sebagai tema ke dua dalam diskusi terungkap bahwa penggunaan persepsi GEDSI dalam penelitian belum sepenuhnya dilakukan oleh para peneliti di Sulawesi Utara. Banyak peneliti yang belum sepenuhnya memahami konsep GEDSI dan pentingnya penerapan prinsip ini dalam penelitian. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang isu-isu terkait gender, disabilitas, dan inklusi sosial dapat mengakibatkan penelitian yang tidak sensitif terhadap keragaman dan kebutuhan khusus dari kelompok yang rentan. Selain itu, bias pribadi dan stereotip yang dimiliki oleh peneliti dapat mempengaruhi desain penelitian, pengumpulan data, dan analisis.

Tiga tema diskusi lainnya juga dibahas dalam diskusi yang menarik dimana hasilnya dihadirkan dalam presentasi pleno oleh masing-masing perwakilan kelompok. Informasi yang diperoleh dari cerita dan pengalaman peneliti selama FGD yang berlangsung setengah hari ini akan menjadi bahan masukan bagi BaKTI dan KONEKSI dalam mendukung pelaksanaan program pengembangan Jaringan Peneliti Indonesia Timur selanjutnya. Di akhir diskusi Peneliti yang hadir bersepakat untuk tergabung dalam Jaringan Peneliti Sulawesi Utara dan membentuk platform komunikasi via WhatsApp group guna dapat tetap terhubung dan berbagi informasi satu sama lain.