Warga Kelibingan Merencanakan Bersama Penghidupan Berkelanjutan
Kelibingan adalah salah satu desa atau negeri administratif di Kecamatan Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur, yang merupakan negeri pemekaran dari negeri induk yakni Negeri Day sejak tahun 2010. Kelibingan dinyatakan layak untuk berdiri sendiri, karena dari sisi infrastruktur, sumber daya alam, sumber daya manusia dan batas-batas wilayah memenuhi syarat untuk menjadi sebuah desa. Selain itu pemekaran juga dilakukan untuk menjawab rentang kendali urusan pemerintahan, tetapi dari sisi pemerintahan adat, Negeri Kelibingan masih di bawah pemerintahan Negeri Day.
Kelibingan menjadi satu dari 30 desa/negeri intervensi Program BangKIT di Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku. Salah satu tantangan dari program BangKIT adalah terkait akses ke wilayah desa dampingan yang terletak di pulau. Untuk mencapai desa/negeri ini, ditempuh menggunakan moda kapal motor dengan waktu tempuh kurang lebih 12 jam dari Kota Bula ibu kota Kabupaten Seram Bagian Timur.
Lokakarya pengembangan perencanaan penghidupan berkelanjutan desa merupakan salah satu tahapan dalam program BangKIT, yang dilaksankan pula di Desa/Negeri Kelibingan. Kegiatan ini bertujuan untuk memutakhirkan data dan informasi desa untuk mendapatkan gambaran objektif dalam mengenali peluang, potensi sumber daya dan risiko penghidupan masyarakat Kelibingan. Berdasarkan informasi gambaran objektif desa tersebut kemudian dirumuskan dan ditetapkan tujuan bersama yang ingin dicapai, serta tantangan apa saja yang dihadapi untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan juga mendiskusikan berbagai berbagai kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam pencapaian tujuan bersama yang telah dirumuskan sebelumnya.
Saat membuka kegiatan lokakarya yang berlangsung selama 3 hari sejak tanggal 27 sampai 29 November 2023, Pejabat Negeri Administratif Kelibingan, Bapak Iswadi Rumodar menyampaikan bahwa perlunya asyarakat memanfaatkan kesempatan ini dengan baik karena tidak semua desa mendapatkan intervensi dari program BangKIT. “Saya atas nama pribadi dan asyarakat sangat berterimakasih kepada Yayasan BaKTI karena kami dipilih untuk menjadi salah satu desa intevensi” ungkapnya.
Lokakarya yang dilaksanakan di ruangan kelas TK Aisyiah Gaun ini dihadiri oleh 50 peserta yang terdiri dari peserta 24 laki-laki dan 26 perempuan. Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari Pemerintah Desa/Negeri Administratif, BPNA (Badan Permusyawaratan Negeri Administrasi), Kelompok Kerja (Pokja) Desa yang telah dibentuk sebelumnya, Pendamping Lokal Desa dari program P3PD dan perwakilan unsur masyarakat desa/negeri. Kegiatan lokakarya dipandu oleh fasilitator Program BangKIT Suryati Agil Kilean, Koordinator BangKIT Kabupaten dan dibantu oleh 2 orang kader desa yang sebelumnya telah menerima pelatihan dari program BangKIT.
Lokakarya Perencanaan Desa yang berlangsung 3 hari ini di awali dengan mendiskusikan kondisi desa meliputi potensi sumber daya, peluang pengembangan dan risiko penghidupan desa menggunakan alat bantu sketsa desa, diagram kelembagaan dan kalender musim pada hari pertama pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya pada hari berikutnya, dengan berdasarkan penggambaran kondisi desa pada hari sebelumnya kemudian merumuskan dan menetapan tujuan bersama berkaitan penghidupan berkelanjutan desa yang ingin dicapai, beserta berbagai tantangan yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan tersebut. Pada hari terakhir kegiatan mendiskusikan gagasan masyarakat desa dalam bentuk perencanaan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam pencapaian tujuan bersama yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.
Umi Boinuauw, salah seorang peserta dari tokoh perempuan yang juga merupakan anggota Pokja Desa Kelibingan menyampaikan harapannya agar semua yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan sukses. Sementara ketua BPNA, Bapak Jalal Manaban juga menyampaikan bahwa dengan materi-materi yang diberikan semoga bisa membuat masyarakat lebih sejahtera dan sukses.
Senada dengan ketua BPNA, sekretaris Pokja BangKIT, Lanu Rumodar mengatakan “banyak ilmu yang kami dapat lewat kegiatan lokakarya ini. Kami sangat berterima kasih kepada tim BangKIT yang telah hadir di desa kami. Kegiatan ini sangat bermanfaat sekali bagi Masyarakat”. Diceritakannya bahwa di awal membuat sktesa desa, ia baru tahu kalau di desanya terjadi abrasi. “Saya memang pernah mengalami tapi tidak berpikir bahwa itu merupakan kerentanan di desa kami” ungkap Pak Lano.
Sedangkan Mustamar yang merupakan tenaga pendamping lokal desa dari program P3MD menyampaikan bahwa dengan adanya kegiatan ini, banyak pengalaman yang didapat. Selain itu dari hasil perencanaan yang telah disusun oleh peserta, pemerintah desa sudah bisa mengambilnya sebagai bagian dari perencanaan di desa di tahun 2024 maupun 2025 mendatang. Lebih lanjut Mustamar berharap agar ada kolaborasi, kerja sama yang baik antara Pendamping Desa, Fasilitator Program BangKIT dan semua elemen masyarakat di desa untuk bersama-sama membuka cara pandang atau pola pikir agar ke depan bisa lebih maju.
Di akhir kegiatan, Warga desa Kelibingan menyepakati 2 poin penting terkait pengembangan penghidupan berkelanjutan. Pertama, untuk target peningkatan taraf hidup masyarakat yang sejahtera, maju dan berkesinambungan di tahun 2025 (sebanyak 30%) beberapa rencana yang disepakati adalah peningkatan hasil panen yang dibarengi dengan peningkatan pengetahuan petani terkait cara bercocok tanam yang profesional lewat pelatihan, pemberian bantuan bibit dan pupuk.
Untuk sektor perikanan, akan dilakukan melalui peningkatan hasil tangkapan nelayan yang akan diwujudkan melalui penambahan rumpon dan alat tangkap skala kecil. Kedua, terkait mitigasi bahaya abrasi yang terjadi di desa dengan jumlah 173 KK ini, masyarakat, BPNA dan pemerintah desa sepakat untuk membuat Peraturan Desa tentang larangan mengambil galian C di pantai maupun di bantaran sungai, membuat talud penahan ombak serta yang tak kalah pentingnya adalah menanam mangrove di tepi pantai.
Selain di Desa/Negeri Kelibingan, lokakarya perencananaan penghidupan berkelanjutan desa juga dilaksanakan di 29 desa intervensi program BangKIT lainnya di kabupaten SBT secara paralel, untuk selanjutnya hasil musyawarah ini didorong untuk masuk ke dalam sistem perencanaan pembangunan desa masing-masing.